Senin, 14 Desember 2015

BELAJAR BERMAKNA

BELAJAR BERMAKNA
Menurut Ausubel bahwa pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep – konsep, prinsip dan ide-ide yang disajikan pada pelajar akan diterima oleh pelajar. Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu :
1)      Dimensi Pertama
Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada pelajar melalui penerimaan atau penemuan. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan pelajar untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Belajar penerimaan mempelajari isi pokok apa yang akan dipelajari dan disajikan kepada peserta didik dalam bentuk catatan, pembelajaran ini tidak melibatkan penemuan. Ia hanya diperlukan untuk menginternalisasi materi atau memasukkan ke dalam struktur kognitif nya sehingga tersedia untuk penggunaan lain dimasa mendatang. Faktor  penting dari belajar penemuan adalah bahwa kandungan utama dari apa yang dipelajari tidak diberikan tetapi harus ditemukan oleh peserta didik sebelum ia bisa menyimpannya. Setelah tahap ini selesai, isi ditemukan terinternalisasi seperti dalam pembelajaran reseptif (ekspositori).
Pentingnya perbedaan antara pembelajaran hafalan dan pembelajaran bermakna. Sebagai perbandingan antara pembelajaran penerimaan dan pembelajaran penemuan itu penting untuk diketahui meskipun pendekatan yang berlawanan pada pembelajaran sangat berbeda, itu tidak berada pada tingkat yang sama pentingnya dengan belajar bermakna.
2)      Dimensi Kedua
Menyangkut cara bagaimana pelajar dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Dalam tingkat kedua, pelajar menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep) yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna.
Menurut Budiningsih, teori-teori belajar yang selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghapal, belajar demikian tidak banyak bermakna bagi pelajar. Budiningsih melanjutkan bahwa belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi pelajar. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki pelajar dalam bentuk struktur kognitif.
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima pelajar mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada / diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya. Informasi baru ini juga dapat diterima atau dipelajari pelajar tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar ini disebut belajar menghapal.

Kedua dimensi di atas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:


Gambar Bentuk-Bentuk Belajar
BELAJAR BERMAKNA
Menjelaskan hubungan antara konsep-konsep
Pengajaran audiotutorial yang baik
Penelitian ilmiah
Penyajian melalui ceramah atau buku pelajaran
Kegiatan laboratorium sekolah
Sebagian besar penelitian rutin atau produksi intelektual
BELAJAR HAFALAN
Daftar perkalian
Menerapkan rumus-rumus untuk memecahkan masalah
Pemecahan dengan coba-coba
BELAJAR PENERIMAAN
BELAJAR PENEMUAN TERPIMPIN
BELAJAR PENEMUAN MANDIRI

Gambar Dua Kontinuum Belajar

Banyak ahli pendidikan menyamakan belajar peneriman dengan belajar hafalan sebab mereka berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila pelajar menemukan sendiri pengetahuan. Namun, bila memperhatikan gambar di atas, dapat dilihat bahwa belajar penerimaan pun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Sementara itu, belajar penemuan rendah kebermaknaanya dan merupakan belajar hafalan bila memecahkan suatu masalah dilakukan hanya dengan coba-coba, seperti menebak teka-teki
Ø  Tipe Belajar
Macam-macam tipe belajar :
·         Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning) yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
·         Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception learning) yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.
·         Belajar penemuan bermakna (Meaningful discovery learning) yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
·         Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery learning) yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
A. Prasyarat Belajar Bermakna
Prasyarat belajar bermakna adalah sebagai berikut:
1)      Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
2)      Anak yang akan melaksanakan belajar bermakna sebaiknya mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar belajar.
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial bergantung pada dua faktor yaitu sebagai berikut:
1)      Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis
2)      Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif pelajar.
            Oleh karena itu, agar terjadi belajar bermakna materi pelajaran harus bermakna secara logis. Pelajar harus memasukkan materi itu ke dalam struktur kognitifnya dan dalam struktur kognitif pelajar harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengaitkan materi baru secara non arbitrer dan substantive. Jika salah satu komponen itu tidak ada, maka materi tersebut dipelajari secara hapalan.
B. Faktor-Faktor Penghambat Belajar Bermakna
Faktor-faktor yang menghalangi pembelajaran bermakna :
1)      Pelajar mungkin tidak memproses tingkat perkembangan mental yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran bermakna dari beberapa konsep matematika.
2)       Pelajar mungkin tidak cukup termotivasi untuk mencoba belajar matematika dengan cara yang bermakna.
3)       Para guru diperdayakan sehingga mereka percaya bahwa definisi-definisi, aturan pemecahan masalah, dan langkah-langkah pembuktian teorema merupakan hal yang bermakna bagi pelajar
C. Penerapan Teori Ausubel dalam Mengajar
Untuk dapat menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, sebaiknya kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View, pernyataan itu berbunyi :The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly." Ausubel mengatakan faktor terpenting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui pelajar. Yakinilah hal ini dan ajarlah ia demikian."
Untuk menerapkan konsep belajar Ausubel dalam mengajar, selain konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu ada beberapa konsep lain yang perlu diperhatikan yaitu konsep pengaturan awal, diferensiasi progresif, penyesuaian integratif, dan belajar superordinat.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel :
1)      Pengaturan awal
Pengaturan Awal adalah perangkat pedagogik yang membantu menerapkan prinsip-prinsip  dengan  menghubungkan kesenjangan antara apa yang pelajar sudah ketahui dan apa yang  perlu ia  ketahui. Pengaturan awal mengarahkan para pelajar ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan materi itu, sehingga dapat digunakan dalam menanamkan pengetahuan baru. Pengaturanan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada pelajar jauh sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan.
Ada tiga hal yang dapat dicapai dengan menggunakan pengaturanan awal :
Ø  Pengaturanan awal memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang bakal terjadi berikutnya
Ø  Dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki  pelajar saat ini dengan informasi baru yang akan diterima/ dipelajari
Ø  Berfungsi sebagai jembatan penghubung sehingga memperlancar proses pengkodean pada pelajar
2)      Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif artinya proses penyusunan konsep yang akan diajarkan. Pengembangan konsep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang paling umum atau paling inklusif diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian baru diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu.  Dengan perkataan lain, model belajar menurut Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum  ke khusus.
3)      Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif. Untuk menerapkan strategi mengajar seperti ini perlu dilakukan analisis konsep. Analisis konsep dilakukan untuk menemukan kemudian menghubungkan konsep-konsep utama dari suatu mata pelajaran sehingga dapat diketahui mana konsep yang paling utama dan superordinat dan mana konsep yang lebih khusus dan subordinat.
4)      Penyesuaian Integratif
Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga kita menggerakkan hierarki konseptual dari atas hingga ke bawah selama informasi disajikan. Dalam mengajar bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Pada tahap ini guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai pelajar. Dengan demikian pelajar akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.


D. Peta Konsep
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Oleh karena itu, belajar bermakna akan lebih mudah jika konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirearki. Ciri-ciri peta konsep sebagai berikut.
1.      Peta konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi.
2.      Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua-dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang bidang studi.
3.      Ciri yang ketiga adalah tentang cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Ada peta konsep yang lebih nklusif daripada lainnya. Peta konsep paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga sampai pada konsep-konsep yang lebih khsus.
4.      Yang keempat adalah tentang hiearki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inkusif, terbentuklah suatu suatu hiarki pada peta konsep itu.
Kegunaan peta konsep :
·         Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, yaitu guru dapat mengetahui sampai seberapa jauh pengeahuan para siswa mengenal pokok pembahsan yang akan di ajarkan.
·         Belajar bagaimana belajar, maksudnya jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu mata pelajaran, maka dengan membuat peta konsep, siswa tersebut akan terbantu karena mereka akan menentukan konsep yang inklusif hingga konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh.
·         Mengungkapkan konsepsi salah. Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah siswa yang terjadi, biasanya terjadi karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proporsi salah.
·         Alat evaluasi, penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan yaitu : 1) Struktur kognitif itu diatur secara hiarki, 2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami differensial progressif, 3) Penyesuaian integrative.




DAFTAR RUJUKAN
Ø  Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : P2LPTK Dikti Depdikbud
Ø  Andriyani, Dewi. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka
Ø  NN. 2009. Teori Belajar Bermakna Ausebel diakses dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/1959737-teori-belajar-ausubel

Ø  http://www.kompasiana.com/murdanismenulis/david-ausubel-belajar-bermakna_552c15da6ea834154d8b456f

Tidak ada komentar:

Posting Komentar